Lintas Tokoh di Sulut Sepakat Tolak Radikalisme

Manado,PilarSulut.com –  Akhir akhir ini terjadi berbagai macam peristiwa yang berpotensi menimbulkan perpecahan dalam kerukunan hidup masyarakat Indonesia khususnya di Jakarta. Kerukunan sebagai kekuatan sosial yang mulai merenggang akan menarik orang, masyarakat dan bangsa lain untuk mengambil keuntungan dari situasi yang lemah tersebut karena “tidak ada musuh yang abadi yang ada adalah kepentingan. Rabu (23/11/2016)

Menanggapi polemik tersebut, saat ini lembaga penelitian Pusat Kebijakan Alternatif menyelenggarakan dialog kebangsaan dengan mengusung tema ‘Dengan Semangat Hari Pahlawan Kita Tingkatkan Persatuan dan Kesatuan Bangsa Melalui Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama’.

Serta menghadirkan pembicara para tokoh kawakan Sulawesi Utara (Sulut). Diantaranya anggota DPD RI Benny Rhamdani, Toar Palilingan praktisi hukum, Kaban Kesbangpol Sulut Stevanus Liow , Ketua Lesbumi NU Sulut Taufik Bilfagih, Budayawan Minahasa  Denny Pinontoan dan Ketua LMI Sulut Hanny Pantouw.

Bertindak sebagai moderator Pitres Sambadile, dirinya mengungkapkan kerukunan merupakan sebuah landasan hidup yang damai sejahtera antar masyarakat yang memiliki perbedaan satu sama lain. Perbedaan baik itu agama, suku, ras dan adat istiadat khususnya yang dimilikki masyarakat Indonesia merupakan suatu anugerah dari Tuhan Sang Pencipta untuk mewarnai dunia ini.

Sementara itu, terlihat dialog begitu berjalan seru ketika senator asal Sulut yang juga wakil ketua PP GP Ansor dalam penyampaiannya mengatakan, ini lantaran cuaca politik yang tidak sehat, benturan ideologi yang sengaja dipolarisasi di tengah masyarakat. Menurutnya, ini sengaja diseting bahwa seolah-olah situasi politik bangsa memanas gara-gara Ahok, padahal sebenarnya itu tidak situasi ketegangan politik  tidak sepenuhnya karena Ahok.

“Bisa dikatakan, Pilkada DKI ini rasa Pilpres. Mereka yang tidak rela hingga kini kepemimpinan nasional Jokowi-JK, maupun mereka yang mempunyai agenda khusus di pilpres 2019. Selain itu, ada juga kelompok yang menyusup dengan mengancam pancasila, sudah jelas bendera yang mereka usung terlihat di demo 4 November, Hisbut Tahrir,” tegas mantan anggota Deprov Sulut ini.

Stevanus Liow perwakilan pemerintah mengatakan, mewakili gubernur dan wakil gubernur mengucapkan terima kasih banyak atas inisiasi. Ternyata masih ada kelompok pemuda di Sulut yang dapat menggagas dialog sebagai wujud bahwa di bumi niyur melambai dapat hidup rukun dan damai.

Dalam sisi kaca mata hokum, Toar Palilingan menanggapi fenomena bangsa hari ini menuturkan, sejak awal funding father kita telah mengkonsepkan seperti apa yang cocok bentuk negara kita. Dari dulu pembangunan hukum kita selalu terjebak dalam makna yang terlalu sempit.

“Menurut saya, dengan proses hukum Ahok itu bukan hanya masalah penistaan agama akan tetapi ada dimensi-dimensi lain seperti pilkada. Sementara media sosial juga terlalu kencang mempublikasikan kerumitan situasi saat ini,” ungkap Palilingan.

Nampak terlihat dialog begitu aktif setelah dari masing-masing peserta melontarkan pertanyaan ke pembica yang dihadirkan memang sebagai penyeimbang. Diakhir acar selaku ketua panitia Jolly Horonis menuturkan ide kita pada acara ini sebagai upaya menjaga dan memelihara kerukunan.

“Masyarakat yang sedang berkembang sekarang baik dari kuantitas dan kualitasnya melahirkan bermacam-macam konflik di dalamnya, sehingga kebutuhan akan lahirnya sistem dan budaya menangani konflik yang lahir dari tata nilai dasar sangat dibutuhkan dalam menjaga dan memelihara kerukunan di dalam masyarakat,” terangnya.

Diketahui para peserta yang hadir baik dari lintas pemuda agama se Sulut, juga organisasi mahasiswa intra kampus dan juga extra kampus. (**)

Komentar Facebook

komentar

Baca Juga

Bukan Hanya SMK Icthus yang Ditutup, Gubernur Olly: Sudah 8 Sekolah Bermasalah yang Ditutup

Manado, PilarSulut.com – Terkait penutupan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Icthus di Kota Manado oleh pee …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *